BannerFans.com

Jangan Lumpuh Dikira Polio,..

"Gara-gara lumpuh layuh, semua orang jadi membenci polio ya Ma," bisik Angel kepada ibunya, saat menemani adiknya imunisasi polio. Ibu Angel, yang kebetulan seorang dokter, tersenyum lebar. "Angel, sebenarnya banyak penyakit lain yang bisa membuat anak-anak lumpuh layuh. Semuanya berbahaya. Tapi penyebab terbesarnya memang polio. Itu sebabnya, banyak orang menyalahkan dan membenci polio," kata ibunya bijak.

Lumpuh layuh mengacu pada istilah kedokteran acute flaccid paralysis. Akut (acute) merujuk pada penyakit-penyakit mendadak, seketika, atau jangka pendek. Gejalanya biasanya parah atau berat. Flaccid melukiskan keadaan otot yang tidak memiliki ketegangan (tonus) sama sekali, sedangkan paralysis berarti kelumpuhan.

Jadi, lumpuh layuh bisa disebut sebagai kelumpuhan seketika, ditunjukkan dengan hilangnya ketegangan otot yang bersangkutan. Polio, kata ibu Angel, identik dengan lumpuh layuh, karena penularannya gampang. Virus yang menginfeksi manusia lewat pencernaan itu dapat masuk melalui makanan dan minuman terkontaminasi. Bahkan manusia adalah tempat tinggal alamiah utama mereka.


Polio Tak Terditeksi

Istilah lumpuh layuh sendiri mencuat sejak media gencar memberitakan serangan virus polio di Sukabumi, sekitar awal Mei 2005 lalu.

Serangan itu memupus ambisi Indonesia untuk mendapatkan sertifikasi bebas polio dari Badan Kesehatan Dunia (WHO). Secara fisik, virus polio memang sulit dideteksi, bahkan oleh mikroskop cahaya biasa. Ukurannya hanya 27 nanometer atau 0,000000001 m.

Penyakit yang disebabkan oleh rendahnya kualitas sanitasi ini masuk ke dalam tubuh mendompleng makanan atau minuman terkontaminasi, lalu memperbanyak diri dalam kelenjar getah bening di saluran pencernaan. Dalam membangun koloni, mereka membutuhkan suplai asam amino dan asam nukleat yang cukup. Untuk itu mereka merampok zat-zat itu dari sel-sel tubuh manusia.

Akibatnya, sel-sel tubuh yang dijarah tadi mati. Begitu seterusnya, setelah satu sel mati, virus polio merampok sel yang lain. Mereka mampu melakukan penyusupan ke sel-sel dalam jaringan kelenjar getah bening, jaringan otot, jaringan selaput otak, dan jaringan otak. Pada tahap awal, ketika virus memperbanyak diri dalam tonsil, jaringan yang dijajahnya itu akan membengkak, mirip "radang tenggorokan".

Dari tonsil, virus polio memperbanyak diri dalam kelenjar getah bening usus, menimbulkan mual atau muntah-muntah. Bila infeksi berlanjut, virus akan masuk ke peredaran darah (menyebabkan demam tinggi), lalu memperbanyak diri di jaringan otot. Dari jaringan otot, virus merambah sel saraf melalui ujung sel saraf, sebelum akhirnya menjalar ke inti sel saraf pusat di daerah tulang belakang. Pada tahap inilah kelumpuhan datang.

Imunisasi polio sangat dianjurkan, karena jika telanjur terserang virus polio, korban akan sulit diobati. Sampai saat ini, masih belum ada obat yang efektif untuk membunuh virus itu. Imunisasi hanya meningkatkan "kecerdasan" sistem kekebalan tubuh dalam mengenali virus polio. Semakin mudah virus dikenali, semakin gampang dia dibunuh.



Tiga sekawan dan rabies

Namun, apakah hanya virus polio yang dapat meng-hadirkan lumpuh Layuh ?

Seperti kata ibunya Angel, "Tidak." Ada banyak penyebab lain. Misalnya, infeksi yang disebabkan virus coxsakie A7, echovirus 3, dan enterovirus 71. Ketiga virus itu masih satu keluarga dengan virus polio, yakni kelompok virus enterovirus. Virus-virus jenis ini menginfeksi manusia melalui jalur saluran pencernaan atau masuk melalui mulut.

Secara medis, ketiga enterovirus itu dapat menyebabkan penyakit tangan, kaki, dan mulut (hand, foot, and mouth disease, HFMD). Gejala-gejalanya tampak pada daerah tangan, kaki, dan mulut. Di sekitar tangan dan kaki muncul kelainan kulit berupa ruam-ruam dan vesikel atau gelembung kecil berisi cairan. Di daerah mulut dan tenggorokan, vesikel-vesikel itu akan terasa menyakitkan. Kulit daerah tangan dan kaki serta permukaan rongga mulut pun seperti melepuh.

Sebenarnya, ada banyak tipe enterovirus yang dapat menyebabkan HFMD, tetapi ketiga virus tadi lebih sering menyebabkan lumpuh layuh.

Dari ketiga virus itu, enterpovirus 71 yang terganas. Namun secara umum, dampak serangan ketiga virus ini patut diwaspadai. Mereka menimbulkan wabah hebat di beberapa tempat, seperti Toronto (1959), California (1969), Bulgaria (1975), dan Hungaria (1978). Di Asia Tenggara, bom infeksi virus-virus ini pernah terjadi di Malaysia (1997) dan Taiwan. Sayangnya, belum ada data atau pencatatan secara resmi tentang sepak terjangnya di Indonesia.

Virus lain yang berpotensi menyebabkan lumpuh layuh ialah virus rabies. Sudah banyak orang tahu, virus rabies ditularkan melalui gigitan anjing. Meski sebenarnya, anjing bukan satu-satunya binatang pembawa rabies. Virus ini dapat juga ditularkan oleh kucing, kelelawar pengisap darah, rubah, dan serigala.

Seseorang yang tergigit anjing atau binatang lain yang telah terinfeksi virus rabies akan merasa baal di daerah tergigit. Hal itu karena virus rabies mengganggu saraf-saraf peraba di sekitar daerah itu. Melalui jaras-jaras saraf otot dari daerah yang tergigit, virus kemudian menjalar ke pusat persarafan di tulang belakang (korda spinalis), terus naik ke atas sampai akhirnya menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernapasan, penelan, dan bicara.

Waktu yang diperlukan virus untuk menyebabkan gejala-gejala itu atau masa inkubasinya antara 4 - 12 minggu, sehingga masih ada waktu untuk diberikan imunisasi. Imunisasi rabies sebaiknya diberikan juga pada anjing peliharaan, agar kelak tak mencelakai sang tuan.



Sindrom Guillain-Barre

Di antara berbagai penyakit yang menyebabkan lumpuh layuh, sindrom Guillain-Barre (SGB) adalah penyakit yang paling sulit dibedakan dengan polio.

SGB merupakan sekelompok gejala atau sindrom berupa kelumpuhan, kerusakan saraf, dan jika parah bisa menimbulkan koma.

Gejala-gejala itu muncul pada penderita yang telah terinfeksi bakteri atau virus yang dicurigai. Singkatan SGB diambil dari nama para dokter yang pertama kali menemukan sindrom ini. Dua dokter Prancis, Georges Guillain dan Jean A. Barre pada 1916 melaporkan gejala kelumpuhan mirip polio pada para penderita yang baru saja mengalami perbaikan kondisi akibat terserang influenza.

Awal kelumpuhan terjadi di bawah, mengenai kaki (umumnya kedua tungkai), dan terus merembet ke atas, hingga menyebabkan gangguan pernapasan dan penurunan kesadaran. Keempat tungkai (kedua kaki dan kedua tangan) itulah yang berpeluang mengalami lumpuh layuh. Saraf yang diserang bukan hanya yang mempersarafi otot, tetapi bisa juga indera peraba. Akibatnya, penderita mengalami baal atau mati rasa.

SGB sempat mencuri perhatian masyarakat dunia, ketika pada 1976, pemerintah Amerika Serikat mengadakan program imunisasi massal terhadap influenza. Dari 46 juta orang yang diimunisasi, ternyata lebih dari 4.000 orang mengalami sindrom GBS. Meski jumlahnya tak seberapa dibandingkan dengan seluruh populasi yang mendapat imunisasi, tapi menimbulkan banyak tuntutan hukum akibat kelumpuhan yang berkaitan dengan program imunisasi itu.

Penderita SGB bisa sembuh secara spontan setelah 2 - 3 pekan. Kesembuhan ditunjukkan dengan pulihnya kekuatan otot, dimulai dari bagian atas. Otot-otot kaki biasanya pulih paling belakangan.



Myasthenia Gravis

Myasthenia artinya kelemasan pada otot, sedangkan gravis berarti berat atau parah. Jadi, dari namanya, penyakit ini menunjukkan gejala kelemasan berat pada otot.

Otot-otot penderita menjadi cepat lelah dan lemas secara tidak normal, setelah melakukan kerja fisik tertentu.

Penyakit ini masuk kategori kelainan autoimmune, akibat sistem kekebalan tubuh (antibodi) menyerang organ-organ tubuh sendiri. Antibodi seharusnya menyerang kuman penyakit dari luar, tapi pada myasthenia ia menyerang sambungan saraf-otot. Supaya otot berkontraksi, ujung serabut saraf melepaskan sinyal tertentu pada otot yang dituju.

Sinyal-sinyal yang dilepas itu berupa senyawa-senyawa kimia tertentu atau neurotransmitter. Nah, pada penyakit ini, reseptor-reseptor pada otot yang berfungsi menerima neurotrasmitter diblokade oleh antibodi itu sendiri. Hasilnya, otot yang bersangkutan tidak mampu berkontraksi dan menjadi lumpuh layuh. Kelemahan otot juga dapat mengenai otot pengunyah, otot penelan, dan otot bicara.

Bila penderita sering mengunyah, otot-otot pengunyahnya akan gampang kelelahan, sehingga mulut penderita menganga, tak sanggup menutup. Pada saat makan, penderita bisa saja terganggu karena kehilangan kemampuan untuk menelan makanan. Atau bila banyak berbicara, mendadak ia menjadi bisu.

Penderitaan lain, si penderita tidak bisa mengangkat tangannya lebih dari 1 - 2 menit. Meskipun kelumpuhan pertama-tama menyerang otot daerah kepala (mata, pengunyah, penelan, bicara), myasthenia juga bisa mengenai otot tungkai. Bila tidak ditangani dengan serius, ia bisa mengancam nyawa. Terutama bila yang diserangnya otot pernapasan.

Polio memang menjadi sorotan ketika banyak orang menderita lumpuh layuh, tapi seperti kata ibunya Angel, polio bukan satu-satunya tersangka. (dr. Danny Pattirajawane di Web Departement Kesehatan RI)