Pengamat kesehatan dari Universitas Sumatera Utara (USU), Dr Datten Bangun, MSc, SFk mengatakan, masyarakat di negara maju menyukai obat-obatan tradisional berbahan dasar tumbuh-tumbuhan daripada menggunakan obat sintetik yang mengandung bahan kimia.
"Indikasi menyukai obat tradisional untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit kini semakin meluas ke berbagai negara di belahan dunia," katanya di Medan, kemarin.
Ia mengatakan, kecenderungan masyarakat luas menggunakan obat-obat tradisional di berbagai negara itu lebih dikenal sebagai "gelombang hijau baru" (new green wave).
Kondisi itu dipicu oleh efek samping obat sintetik dan antibiotik, di samping opini di banyak negara bahwa bahan alami lebih aman dari bahan berzat kimia produksi pabrik.
Dosen Fakultas Kedokteran USU itu menilai, masyarakat dunia semakin mengkhawatirkan dampak negatif penggunaan obat-obat sintetik sehingga mereka ramai-ramai kembali ke alam (back to nature).
Gerakan ini berupaya menggunakan kembali obat-obatan tradisional yang ramuannya dari bahan alami yang didapat di alam. Kondisi ini sendiri membuat para ilmuwan dituntut untuk mengembangkan pengobatan tradisional yang lahir dari kearifan leluhur, seperti berlaku selama ini di Indonesia.
Obat-obatan tradisional memang berkhasiat bagi kesehatan, dan kini digencarkan penggunaannya karena lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga mau pun ketersediaannya.
Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karena tidak terlalu menyebabkan efek samping bila pengunaannya benar, karena masih bisa dicerna oleh tubuh.
Beberapa perusahaan mengolah obat-obatan tradisional yang dimodifikasi demikian rupa sehingga mudah dikonsumsi. Bagian dari obat tradisional yang bisa dimanfaatkan adalah akar, rimpang, batang, buah, daun dan bunga.
Kini bentuk obat tradisional yang banyak dijual di pasaran adalah dalam bentuk kapsul, serbuk, cair, simplisia (obat yang masih dalam bentuk aslinya) dan tablet.(Kompas.com)
"Indikasi menyukai obat tradisional untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit kini semakin meluas ke berbagai negara di belahan dunia," katanya di Medan, kemarin.
Ia mengatakan, kecenderungan masyarakat luas menggunakan obat-obat tradisional di berbagai negara itu lebih dikenal sebagai "gelombang hijau baru" (new green wave).
Kondisi itu dipicu oleh efek samping obat sintetik dan antibiotik, di samping opini di banyak negara bahwa bahan alami lebih aman dari bahan berzat kimia produksi pabrik.
Dosen Fakultas Kedokteran USU itu menilai, masyarakat dunia semakin mengkhawatirkan dampak negatif penggunaan obat-obat sintetik sehingga mereka ramai-ramai kembali ke alam (back to nature).
Gerakan ini berupaya menggunakan kembali obat-obatan tradisional yang ramuannya dari bahan alami yang didapat di alam. Kondisi ini sendiri membuat para ilmuwan dituntut untuk mengembangkan pengobatan tradisional yang lahir dari kearifan leluhur, seperti berlaku selama ini di Indonesia.
Obat-obatan tradisional memang berkhasiat bagi kesehatan, dan kini digencarkan penggunaannya karena lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga mau pun ketersediaannya.
Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karena tidak terlalu menyebabkan efek samping bila pengunaannya benar, karena masih bisa dicerna oleh tubuh.
Beberapa perusahaan mengolah obat-obatan tradisional yang dimodifikasi demikian rupa sehingga mudah dikonsumsi. Bagian dari obat tradisional yang bisa dimanfaatkan adalah akar, rimpang, batang, buah, daun dan bunga.
Kini bentuk obat tradisional yang banyak dijual di pasaran adalah dalam bentuk kapsul, serbuk, cair, simplisia (obat yang masih dalam bentuk aslinya) dan tablet.(Kompas.com)