Definisi
Syndrome ini ditandai dengan kelainan fungsi kolon; motilitas usus yang abnormal/meninggi menyebabkan nyeri dan diare, peninggian absorpsi air menyebabkan konstipasi dan tinja yang keras,serta peninggian sekresi yang menyebabkan peninggian jumlah mucus. Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada wanita. Pada kelainan ini,saluran pencernaan sangat peka terhadap berbagai rangsangan. Stress,makanan,obat-obatan,hormone atau rangsangan lainnya bisa menyebabkan kontraksi saluran pencernaan menjadi abnormal.
Kontraksi saluran pencernaan menjadi lebih kuat dan lebih sering,sehingga makanan dan tinja hanya sesaat singgah di usus kecil sehingga seringkali menyebabkan diare.
Etiologi
Etiologinya tidak diketahui.Berbagai factor dianggap berperan :
1. Faktor psikologik : peranan stress kronik sukar digambarkan dan sudah dibahas dengan luas oleh Truelove dan Reinell (1972).Stress akut dapat menyebabkan diare dan hal ini diterima oleh semua ahli.
2. pasca disentri : didahului oleh serangan akut diare infeksiosa diare berlangsung terus setelah serangan akut menghilang.
3. faktor makanan : peranan makanan belum jelas diketahui.Namun terdapat konstituen makanan yang belum diketahui yang menyebabkan diare.Kekurangan sayur/buah penting bila konstipasi merupakan gejala dominant.
4. Kadang-kadang didapatkan proktitis ringan. Sementara hal ini merupakan sekunder terhadap konstipasi,atau bersifat primer dan mencetuskan sindrom usus iritabel. Tindakan dengan suppository steroid dapat menolong hal ini.
Gejala
Dari sudut klinik penderita dapat dibagi dalam 5 kelompok :
1. Kelompok dengan diare sebagai gejala utama.Di sini diare biasanya lama, diperhebat dengan stress,biasanya tidak membangunkan penderita pada waktu malam,sering terjadi setelah sarapan dan tidak disertai darah.Hal ini sering disebut diare neurvosa sekalipun istilah neurvosa sebenarnya tidak pada tempatnya.
2. Kelompok dengan konstipasi sebagai gejala utama.Tinja kecil dan keras
3. Kelompok dengan nyeri abdominal sebagai gejala utama.Bila tidak disertai diare atau konstipasi,sebab-sebab lain dari pada nyeri hendaklah disingkirkan.Nyeri hilang dengan defekasi dan flatus.Letak nyeri merupakan nyeri kolon yang tipik.Jarang membangunkan penderita.Derajat penyakit bermacam-macam dan diperhebat dengan aerofagi.
4. Pada beberapa kasus bisa terdapat,sindrom yang mirip dispepsia sehingga dikacaukan dengan ulsera peptik.
5. Pengeluaran mukus dapat merupakan gambaran yang terutama(dahulu disebut kolitis mukoid)
Tiap penderita memiliki satu atau lebih gejala yang predominan tapi biasanya beberapa gejala timbul bersamaan. Gambaran lain yang penting termasuk keadaan umum yang selalu baik,penyakit berlangsung pelan dan tidak adanya darah serta riwayat penyakit yang panjang. Sering merupakan sebab gangguan usus sejak masa anak-anak.
Diagnosis
Biasanya dilakukan pemeriksaan darah,tinja dan sigmoidoskopi,untuk membedakannya dengan penyakit peradangan pada usus dan berbagai kondisi yang menyebabkan nyeri perut dan perubahan kebiasaan buang air besar.Hasil pemeriksaan ini biasanya normal,meskipun tinja lebih encer.Sigmoidoskopi mungkin menyebabkan kejang(spasme) dan nyeri,tetapi hasilnya biasanya normal.Kadang digunakan pemeriksaan lain seperti USG perut,foto polos abdomen atau kolonoskopi.
Diperlukan kewaspadaan klinis dan harus disingkirkan sindrom(penyakit) lain yang punya gejala hampir sama.
Pada semua kasus, sigmoidoskopi harus normal, begitu juga enema barium, atau hanya menunjukkan spasme.
Bila diare predominan, penyakit seliak, defisiensi laktase, hipertiroidisme dan giardiasis hendaklah disingkirkan, dan bila konstipasi predominan, hipertiroidisme dan keadaan depresi hendaklah disingkirkan. Pada semua kasus, bermacam-macam sebab karena obat yang mengakibatkan diare atau konstipasi hendaklah dicari dengan riwayat yang cermat. Diare yang disebabkan purguratif mungkin menunjukkan pelepasan kalsium yang berat, dan bila karena obat antraquinone, melanosis koli hendaklah dicari dengan sigmoidoskopi. Riwayat pemakaian purguratif sering tidak meyakinkan, dan pemeriksaan obat-obatan hendaklah dicari dengan pemeriksaan urine atau darah,yang mungkin merupakan jawaban terhadap gejala klinik yang sulit.
Penatalaksanaan
Penderita harus diyakinkan tentang keadaan yang sebenarnya dan bahwa kanker telah dikesampingkan.
Pada umumnya, diet yang normal adalah yang terbaik. Bila terdapat perut kembung dan peningkatan jumlah gas, sebaiknya menghindari kacang-kacangan, kol dan makanan lain yang sulit dicerna.
Diit tinggi serat, efektif bagi kebanyakan penderita. Pada mereka dengan konstipasi, restorasi fungsi normal usus dengan ekstrak senna atau laktulose bisa didapat.
Diare dikontrol dengan gel aluminium hidroksid atau loperamid. Peranan obat-obatan anti kolinergik masih belum jelas, dan mungkin hanya merupakan efek plasebo, kasus refrakter dapat membaik dengan anti depresan trisiklik. Dengan terapi yang adequat, prognosis baik, tetapi penderita harus diyakinkan untuk hidup terus dan berfungsi baik meskipun gejalanya tetap saja ada.
Obat yang memperlambat fungsi saluran pencernaan dan bersifat sebagai antispasmodik (misalnya propantheline), belum terbukti efektif, meskipun sering diberikan.
Obat anti diare (misalnya loperamide dan difenoksilat) bisa diberikan kepada penderita yang mengalami diare. Bisa juga dibantu dengan obat anti depresi, obat penenang yang ringan, psikoterapi, hipnotik dan merubah kebiasaan hidup. (Pustaka Indo)
Syndrome ini ditandai dengan kelainan fungsi kolon; motilitas usus yang abnormal/meninggi menyebabkan nyeri dan diare, peninggian absorpsi air menyebabkan konstipasi dan tinja yang keras,serta peninggian sekresi yang menyebabkan peninggian jumlah mucus. Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada wanita. Pada kelainan ini,saluran pencernaan sangat peka terhadap berbagai rangsangan. Stress,makanan,obat-obatan,hormone atau rangsangan lainnya bisa menyebabkan kontraksi saluran pencernaan menjadi abnormal.
Kontraksi saluran pencernaan menjadi lebih kuat dan lebih sering,sehingga makanan dan tinja hanya sesaat singgah di usus kecil sehingga seringkali menyebabkan diare.
Etiologi
Etiologinya tidak diketahui.Berbagai factor dianggap berperan :
1. Faktor psikologik : peranan stress kronik sukar digambarkan dan sudah dibahas dengan luas oleh Truelove dan Reinell (1972).Stress akut dapat menyebabkan diare dan hal ini diterima oleh semua ahli.
2. pasca disentri : didahului oleh serangan akut diare infeksiosa diare berlangsung terus setelah serangan akut menghilang.
3. faktor makanan : peranan makanan belum jelas diketahui.Namun terdapat konstituen makanan yang belum diketahui yang menyebabkan diare.Kekurangan sayur/buah penting bila konstipasi merupakan gejala dominant.
4. Kadang-kadang didapatkan proktitis ringan. Sementara hal ini merupakan sekunder terhadap konstipasi,atau bersifat primer dan mencetuskan sindrom usus iritabel. Tindakan dengan suppository steroid dapat menolong hal ini.
Gejala
Dari sudut klinik penderita dapat dibagi dalam 5 kelompok :
1. Kelompok dengan diare sebagai gejala utama.Di sini diare biasanya lama, diperhebat dengan stress,biasanya tidak membangunkan penderita pada waktu malam,sering terjadi setelah sarapan dan tidak disertai darah.Hal ini sering disebut diare neurvosa sekalipun istilah neurvosa sebenarnya tidak pada tempatnya.
2. Kelompok dengan konstipasi sebagai gejala utama.Tinja kecil dan keras
3. Kelompok dengan nyeri abdominal sebagai gejala utama.Bila tidak disertai diare atau konstipasi,sebab-sebab lain dari pada nyeri hendaklah disingkirkan.Nyeri hilang dengan defekasi dan flatus.Letak nyeri merupakan nyeri kolon yang tipik.Jarang membangunkan penderita.Derajat penyakit bermacam-macam dan diperhebat dengan aerofagi.
4. Pada beberapa kasus bisa terdapat,sindrom yang mirip dispepsia sehingga dikacaukan dengan ulsera peptik.
5. Pengeluaran mukus dapat merupakan gambaran yang terutama(dahulu disebut kolitis mukoid)
Tiap penderita memiliki satu atau lebih gejala yang predominan tapi biasanya beberapa gejala timbul bersamaan. Gambaran lain yang penting termasuk keadaan umum yang selalu baik,penyakit berlangsung pelan dan tidak adanya darah serta riwayat penyakit yang panjang. Sering merupakan sebab gangguan usus sejak masa anak-anak.
Diagnosis
Biasanya dilakukan pemeriksaan darah,tinja dan sigmoidoskopi,untuk membedakannya dengan penyakit peradangan pada usus dan berbagai kondisi yang menyebabkan nyeri perut dan perubahan kebiasaan buang air besar.Hasil pemeriksaan ini biasanya normal,meskipun tinja lebih encer.Sigmoidoskopi mungkin menyebabkan kejang(spasme) dan nyeri,tetapi hasilnya biasanya normal.Kadang digunakan pemeriksaan lain seperti USG perut,foto polos abdomen atau kolonoskopi.
Diperlukan kewaspadaan klinis dan harus disingkirkan sindrom(penyakit) lain yang punya gejala hampir sama.
Pada semua kasus, sigmoidoskopi harus normal, begitu juga enema barium, atau hanya menunjukkan spasme.
Bila diare predominan, penyakit seliak, defisiensi laktase, hipertiroidisme dan giardiasis hendaklah disingkirkan, dan bila konstipasi predominan, hipertiroidisme dan keadaan depresi hendaklah disingkirkan. Pada semua kasus, bermacam-macam sebab karena obat yang mengakibatkan diare atau konstipasi hendaklah dicari dengan riwayat yang cermat. Diare yang disebabkan purguratif mungkin menunjukkan pelepasan kalsium yang berat, dan bila karena obat antraquinone, melanosis koli hendaklah dicari dengan sigmoidoskopi. Riwayat pemakaian purguratif sering tidak meyakinkan, dan pemeriksaan obat-obatan hendaklah dicari dengan pemeriksaan urine atau darah,yang mungkin merupakan jawaban terhadap gejala klinik yang sulit.
Penatalaksanaan
Penderita harus diyakinkan tentang keadaan yang sebenarnya dan bahwa kanker telah dikesampingkan.
Pada umumnya, diet yang normal adalah yang terbaik. Bila terdapat perut kembung dan peningkatan jumlah gas, sebaiknya menghindari kacang-kacangan, kol dan makanan lain yang sulit dicerna.
Diit tinggi serat, efektif bagi kebanyakan penderita. Pada mereka dengan konstipasi, restorasi fungsi normal usus dengan ekstrak senna atau laktulose bisa didapat.
Diare dikontrol dengan gel aluminium hidroksid atau loperamid. Peranan obat-obatan anti kolinergik masih belum jelas, dan mungkin hanya merupakan efek plasebo, kasus refrakter dapat membaik dengan anti depresan trisiklik. Dengan terapi yang adequat, prognosis baik, tetapi penderita harus diyakinkan untuk hidup terus dan berfungsi baik meskipun gejalanya tetap saja ada.
Obat yang memperlambat fungsi saluran pencernaan dan bersifat sebagai antispasmodik (misalnya propantheline), belum terbukti efektif, meskipun sering diberikan.
Obat anti diare (misalnya loperamide dan difenoksilat) bisa diberikan kepada penderita yang mengalami diare. Bisa juga dibantu dengan obat anti depresi, obat penenang yang ringan, psikoterapi, hipnotik dan merubah kebiasaan hidup. (Pustaka Indo)